Wednesday, March 27, 2013

Schizophrenia, Bergumul Dalam Halusinasi


Schizophrenia, Bergumul Dalam Halusinasi





Penyakit schizophrenia kerap diartikan sebagai penyakit mental yang menyerang otak manusia. Apa sebenarnya schizophrenia itu? Apa sebab dan bagaimana penanganannya?
Schizophrenia adalah penyakit otak kronik, berbahaya dan ketidakmampuan otak dalam bekerja dengan baik. Pada pria biasanya terjadi saat remaja akhir atau awal umur 20-an tahun, sedangkan pada wanita terjadi saat umur 20-an tahun sampai awal 30-an tahun.

Seperti dikutip dari schizophrenia.com, Minggu (19/7/2009) orang dengan schizophreniabiasanya mengalami gejala seperti mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain, atau percaya bahwa orang lain bisa membaca pikiran mereka, mengontrol pikiran mereka, dan bahkan lebih berbahaya daripada itu.

Gejala-gejala tersebut dapat menjadikan mereka takut dan pendiam. Bicara dan tingkah laku mereka bisa jadi kacau bahwa mereka tidak dapat dimengerti atau menakutkan bagi orang lain. 

Schizophrenia hampir ditemukan di semua negara, tanda awal penderitaschizophrenia adalah sering bingung, kaget dan kelakuan yang berubah. Kondisi kejiwaan yang umum terjadi pada penderita schizophrenia adalah pelemahan mental yang ditandai dengan halusinasi, adanya gangguan pada panca indera, khayalan, tidak bia memisahkan antara yang nyata dan pengalaman yang tidak nyata (unreal).

Gejala yang kurang jelas seperti penarikan diri dari sosial, kelakuan yang tidak biasa dalam berbicara, berpikir, ataupun kelakuan sehari-hari, yang mungkin mendahului atau terlihat bersamaan dengan gangguan kejiwaan lainnya.

Tidak ada yang tahu penyebab tunggal schizophrenia, peneliti belum memahami secara pasti faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya schizophrenia. Tetapi pada penelitian biologimedical modern kemungkinan disebabkan oleh gen, kelainan saat perkembangan otak, dan hal-hal lain yang dapat menyebabkan penyakit tersebut. 

Setiap orang harus menghindari paparan yang dapat memicu seperti kekurangan gizi, infeksi, atau stress selama periode kritis perkembangan otak.

Orang yang memiliki hubungan dekat dengan penderita schizophrenia mempunyai kesempatan lebih besar untuk menderita schizophrenia. Sebagai contoh anak yang orang tuanya menderita schizophrenia memiliki peluang terkena schizophrenia 10%, dan jika dalam lingkungan yang umum, setiap anak memiliki peluang terkena schizophrenia hanya 1%.

Jika dihubungkan dengan zat kimia di otak, penyebab schizophrenia kemungkinan melibatkan neurotransmitter dopamine dan glutamat. 

Obat antiphyhotic dapat mengurangi risiko dimasa depan, namun pengobatannya harus hingga tuntas, karena jika tidak dilanjutkan kemungkinan akan kambuh kembali dengan tingkat yang lebih tinggi.

Selama fase-fase awal kemungkinan pasien akan mengalami efek samping seperti kantuk, gelisah, gemetar, mulut kering dan penglihatan kabur. Selain menggunakan obat-obatan, pengobatan yang lain juga perlu seperti pengobatan psikologis, yang meliputi rehabilitasi, individual psikoterapi, dukungan keluarga, dan self-help groups.

Pastikan bahwa orang yang menderita schizoprenia tetap mendapatkan perawatan, meskipun telah keluar dari rumah sakit. Tanpa perawatan, pasien bisa menjadi lebih kacau dan bahkan bisa gila.

No comments:

Post a Comment